Penulis : Arumi E
Editor : Donna Widjajanto
Tata letak isi : Fajarianto
Foto sampul : Shutterstock
Desain sampul : Suprianto
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit : 2014
Tebal : 250 halaman
ISBN : 978-602-03-1194-4
Perempuan pencinta bangunan dan laki-laki pencinta tumbuhan
Bertemu kala matahari berubah jingga menawan
Di Bukit Merah tempat cabai disemai
Tersimpan misteri yang mengusik damai
Bukit Merah. Begitulah mereka
menyebut area pertanian cabai di Megamendug ini. Anthea, arsitek junior yang bekerja
di kantor konsultan desain, tiba-tiba harus menjadi pengawas lapangan
pertanian—tugas yang bertolak belakang dengan keahliannya. Awalnya ia
meremehkan tempat yang jauh dari keramaian kota dan memaksanya bekerja dengan
orang-orang desa itu. Namun kala misteri dan masalah peling datang silih
berganti, Anthea tahu tugasnya tak bisa dianggap enteng.
Beruntung ia tah harus berjuang sendirian. Bastian si pencinta
tumbuhan, sosok menawan yang sering mengajaknya berdebat, selalu menemukan
jalan untuk menjadi dewa penyelamat. Sanggupkah mereka mengatasi segala masalah
yang mengusik kedamaian Bukit Merah? Dan tatkala secercah cinta tumbuh di antaa
keduanya, mana yang harus dikalahkan—gengsi atau masa depan?
-------Pertemuan Jingga-------
Sulit menjadi Anthea Padmarini,
seorang arsitek junior yang harus menerima kenyataan bahwa ia harus
menghentikan impiannya menjadi seorang arsitek handal karena Pak Mahendra
atasannya memberikan tawaran untuknya menjadi seorang pengawas di sebuah laha
pertanian cabai di Megamendung. Tidak hanya sebatas pegawai biasa, ia akan
menjadi seorang pemimpin di sana, tapi dengan konsekuensi ia harus mengubur
impiannya menjadi arsitek yang profesional.
Ditemani oleh Niken, teman
sekantornya yang juga dipindahrugaskan ke Megamendung Anthea berpikir semuanya
akan bisa ia atasi dengan baik. Tapi tidak semudah yang ada dipikirannya,
selain cuaca di sana yang sangat dingin, banyak hal-hal yang menguji kesabaran
mereka untuk bertahan disana. Pekerja yang malas, kegagalan dalam proses
penanaman tunas cabai, adanya hantu, harimau jadi-jadian dan beberapa misteri
lainnya. Anthe beruntung, selain ada Pak Dadang, Pak Ujang, Yayah, ia juga
ditemani bahkan dilindungi oleh Bastian Kawindra, seorang insinyur petanian
yang sangat mencintai tumbuhan itu. Lelaki yang diam-diam menyimpan perasaan
pada Anthea. Akankah perasaan terpendam itu akhirnya mampu untuk diutarakan
oleh Tian? Mungkinkah Anthea juga merasakan hal yang sama? Apakah Anthea bisa
bertahan untuk tinggal di Megamendung, melupakan impiannya menjadi arsitek
handal?
****
Buku pertama dari Arumi E yang
kubaca, dan berhasil membuatku jatuh cinta pada hasil karyaya ini. Cerita yang
mengungkap perjalanan hidup seorang arsitek yang bekerja menjadi pengawas
pertanian cabai. Tidak hanya membahas akan peliknya masalah yang akan ia
hadapi, tapi juga akan dibumbui dengan scene
romantis yang sebenarnya tertuju pada tokoh utama, namun sayang karena ia yang
terlanjur terbakar emosi akan takdirnya yang melenceng dari impiannya itu
membuat ia tidak mengubris adanya tanda-tanda seseorang yang mencintai dan
mengagumiya secara diam-diam. Cara penyampian Bastian untuk membuat Anthea
sadar akan perasaannya terlhat begitu sederhana namun sangat romantis.
Konflik dan misteri yang
dimunculkan menambah keseruan cerita ini. Masih adanya orang-orang yang percaya
akan cerita-cerita mistis meskipun nyataya itu hanyalah mitos membuat kita
sadar, tak selamanya kita harus mudah begitu saja percaya dengan cerita
masyarakat desa akan kisah tempat tinggal mereka tanpa kita selidiki
kebenarannya, menguak hal yang sebenarnya tersimpan manis dibalik misteri
tersebut.tapi, kita boleh tidak percaya begitu saja, asal jangan terlalu yakin
tanpa adanya bukti. Mungkin itu akan membuat masyarakat sekitar akan
tersinggung, seolah membei pernyataan bahwa desa mereka penuh akan kebohongan
belaka.
“Jangan bicara sembarangan. Tak perlu ada pesan terakhir karena selalu
ada kesempatan bagi kita untuk bertemu lagi suatu saat nanti.”
Keberanian Anthea, sang tokoh
utama patut diacugkan jempol. Ia yang tidak bisa begitu saja percaya akan
hal-hal yang misterius berani mengungkap kebenaran. Dan Bastian yang lembut,
penuh perhatian dan selalu ada disetiap orang membutuhkan, terutama Anthea
adalah pasangan yang sangat cocok. Meskipun sulit menemukan part romantis
antara mereka, tapi dengan munculnya percakapan saat mereka berdebat itu cukup
menarik.
Walau terdapat beberapa typo di halaman-halaman terakhir; diantaranya
kata ‘hornat seharusnya hormat’ dan ‘kkawatir harusya khawatir’, itu tidak bisa
diartikan sebagai buku ini tidak bagus. Covernya yang lucu, dan cukup menarik
perhatian jika dipandang dengan seksama, huruf J di kata Jingga itu diwakilkan
dengan sebuah cabai, sangat mewakilkan ide cerita dengan setting di pertanian
cabai yang di sebut Bukit Merah di Megamendung. Fontnya juga pas di mata, tidak membuat sakit. Ketebalan buku juga
sesuai dengan setiap bab-nya, dimana ceritanya tidak mengalami kekurangan ide
atau bahkan pemaksaan ide cerita yang dibuat-buat agar buku terlihat tebal.
Semuanya komplit! Keren, menarik,
menggemaskan, menegangkan, menguras air mata, mempesona dan segala hal yang
membuatmu akan menyukai jalan ceita buku ini. Cocok untuk semua kalangan,
remaja, dewasa, orangtua, kalau anak-anak kurasa harus dibimbing orangtua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar