Selasa, 03 Januari 2017

Review Seruak - Vinca Callista




Seruak

Penulis : Vinca Callista
Penerbit : Grasindo Publisher
Genre: thriller-suspense
Tahun Terbit: 2014
Tebal : 440 halaman
Penerbit : Grasindo Publisher
ISBN : 9786022514282



Blurb :

Mau tidak mau, Bonie harus berurusan dengan teman-teman barunya di Desa Angsawengi. Macam-macam pribadi, dari anak yang sangat menyenangkan sampai yang selalu menyebalkan, berinteraksi di rumah yang sama, karena kelompok mahasiswa ini sedang menjalani program Kuliah Kerja Nyata. Di kelompok anak muda ini hadir Arbil Radeagati—seorang aktor muda yang bermaksud melarikan diri dari tekanan keluarganya, penyakit yang menggerogoti jiwanya. Dan ada pula Mada Giorafsan, sahabat masa kecilnya yang mengetahui betapa Bonie tumbuh dari masa lalu yang gelap dan menjijikkan.

Pada awalnya, hubungan di antara kesebelas pribadi ini hanya seputar program kerja di desa serta perkembangan chemistry yang bercabang jadi persahabatan dan permusuhan. Namun, nyatanya Desa Angsawengi terlalu terkonsep. Ada orang-orang yang sengaja menakut-nakuti mereka, sistem kehidupan di sana lama-lama jadi mencekam jiwa Bonie dan kawan-kawan. Tidak ada remaja yang tinggal di sana, malah ada kawanan anjing besar yang sering kali muncul bersama anak kecil berkepala botak, ada pula pria misterius yang selalu mengganggu dengan mesin pemotong rumputnya. Anak-anak ini terus diteror oleh penguakan rahasia yang menggiring mereka ke misteri yang nyatanya melibatkan pribadi Bonie
.


####

Mengisahkan tentang petualangan KKN (Kuliah Kerja Nyata) mahasiswa dari Universitas Palagan di Desa Angsawengi.  Mengalami kendala dalam perjalanan menuju lokasi memang terkadang jadi hal lumrah yang akan dinikmati oleh mahasiswa KKN, perjalanan yang jauh, lokasi yang sulit dijangkau, bahkan tidak banyak dikenal oleh masyarakat disekitar. Tapi, jika hanya itu saja permasalahannya, jika kita bersabar dan berpikiran jernih kemungkinan besar akan terselesaikan dengan cukup baik.

Namun, bagaimana jika tidak hanya sampai disitu nasib buruk yang akan mereka dapati. Karena, sebelum tugas itu terselaikan. Satu per satu mahasiswa-mahasiswa itu meninggal. Apa yang sebenarnya terjadi di desa itu? Siapa yang telah melakukan pembunuhan itu?

####

"...tapi karena kamu tidak mau melihat saya, matamu tidak mau menangkap sosok saya. Kamu tahu, kalaupun sudah kenal, tapi kamu tidak akan mau melihat saya, matamu tidak akan mencari-cari saya. dan akhirnya; apa yang orang-orang sebut dengan istilah ke mana saja? Enggak pernah kelihatan," - hal. 9

Seruak, dengan tebal halaman sebanyak 440 lembar, benar-benar menguras tenagaku. Kuakui, aku suka novel ini. Meski diawal aku cukup kerepotan dengan narasi yang membuatku bingung, lompat sana-sini dan tiba-tiba saja penulis langsung membawaku paksa untuk mengenal semua tokoh ceritanya yang cukup banyak dengan nama yang sulit diingat dan uniknya kepribadian mereka.

Psychothriller? Hal yang membuatku tertarik untuk membaca novel ini. Yang pada awalnya aku nyaman dengan perilaku dan interaksi setiap tokoh, tapi mendekati pertengahan kita diperkenalkan lebih mendalam akan jati diri beberapa tokoh yang sedikit menyimpang dari yang kita kenali sebelumnya. Banyak hal-hal mengejutkan yang sulit untuk diterima akal, jika saja aku tidak dalam keadaan lelah dan mengantuk mungkin aku bisa lebih berkonsentrasi untuk mengingat dan menikmati keseruan ceritanya.

Ketegangan cerita baru bisa kurasakan di akhir. Ketika satu per satu tokoh mulai mati dan kebenaran secara perlahan mulai terungkap. Kau, jangan mudah terkelabui dengan sudut pandang yang dipakai oleh penulis. Kata saya, hanya mewakili sisi lain tokoh utama sesungguhnya yang mengidap MPD (multiple personality disorder) atau yang biasa dikenal sebagai kepribadian ganda. Mada, Arbil, Nina, Jiana, Faye, Chamae, India, Yanto, Fabyan dan Lula. Siapakah diantara mereka? Apa kau bisa menebaknya?

Sedikitnya ada beberapa pengetahuan tentang psikologi yang aku ketahui melalui novel ini. Berkonsentrasilah jika kau tidak ingin tertipu. Begitu mahirnya penulis membuatku terkecoh akan hubungan masa lalu tokoh yang awalnya kupikir itu kebetulan yang cukup menarik namun nyatanya itu adalah jurus jitu dari penulis agar kau bisa menikmati keseruannya kisah mahasiswa yang sedang menjalankan tugas KKN mereka di sebuah desa yang cukup jauh dan sulit untuk dijangkau, dengan kabarnya yang beredar...kau tidak akan bisa keluar dari desa itu dengan selamat kecuali jika kau MATI.

Secara keseluruhan, terlepas dari ketebalannya, aku tetap suka novel ini. Suka sama Fabyan. Tapi aku tidak suka kalau Fabyan dipanggil Yan, kok setiap ada yang manggilnya Yan aku malah kepikiran sama Yanto. Cowok yang ngeselin habis. Aku merasa Aby panggilan yang cukup manis untuk si boy. ^.^



Senin, 02 Januari 2017

Review Senja Pertama - Muhammad Ariqy Raihan



Senja Pertama

Penulis : Muhammad Ariqy Raihan
Penyunting Naskah : Annisa Fitrianda P
Fathin Nibras
Desain Sampul : Bedbug Design Studio
Penerbit : Orbit
Tebal : 190 halaman
ISBN : 978-602-3092-15-4


Blurb :
Kau kini hanya menjadi hening yang dirindukan. Saat aku menghunus jantung sunyi dengan sebilah rasa yang lama kutenggelamkan dalam dasar kenangan. Apakah aku gila? Di tengah keramaian ini?di tengah pendaran cahay yang menyala-nyala di lantai tiga ini?

Aku ingin sekali saja, tiap gerimis yang kujatuhkan di sepertiga malam menjadi asa yang nyata. Merengkuh walaupun untuk sesaat saja. Ataupun melalui perantara kisah-kisah untuk menemaniku menatap senja; merindukanmu. Karena kau adalah satu-satunya samudra yang akhirnya kuseberangi.

Senja Pertama


####


“Satu-satunya hal yang akan kusesali adalah ketika datang masanya aku harus membalikkan badan dan tak ada siapa pun di sana.” – hal. 28


Kutipan diatas aku ambil dari cerpen ketiga yang disajikan dalam buku Senja Pertama ini. Duhai Sang Waktu, Apakah Kau Nyata?

Senja Pertama, buku kumpulan cerpen yang akan membuatmu kembali mengenang semua masa lalu disetiap hujan dan senja mulai menemanimu. Ketika waktu senantiasa masih mengizinkan kau berkutit di kesehariannya. Ketika takdir masih menyimpan banyak rahasia untuk kau temukan jawabannya sendiri pada suatu saat nanti. Ketika kau baru menyadari betapa bulan dan tahun kini mulai terulur begitu jauh meninggalkan detik kenangan yang sepertinya baru saja kau lalui tadi.

17 cerpen yang akan menuntunmu untuk kembali mengingat betapa banyak rasa dalam kehidupan ini. Manis, pedas, asam, asin, semua rasa yang mungkin telah kau cicipi. Rasa yang terkadang meninggalkan jejaknya tanpa peduli bagaimana dengan jiwa yang telah ia tinggalkan. Sedih, bahagia, sulit untuk menerka apa yang tengah menelusuk direlung hatiku ini. Apakah senyumku isyarat kesedihan tak tertahankan? Ataukah tangisku ini kebahagiaan yang tak terbendung lagi? Hanya kau sang pemilik hati, yang mampu menerka dengan benar apa yang ada tersimpan didalamnya.

Anne. Satu dari dua cerpen yang membuatku sedikit kasihan dengan perasaanku yang tengah melambung jauh-terbang tinggi kelangit ke tujuh karena keindahan torehan tinta yang kau tinggalkan itu, tiba-tiba saja membuatku jatuh tanpa ada peringatan sedikitpun darimu. Aku tidak tahu kenapa harus ada penjelasan begitu detail dibagian akhir cerita ini. Bagiku, “Tapi tidak dengan dirimu.” Sudah cukup untuk membuat hujan dimataku, meratapi betapa cinta akan menunjukkan bahwa pengorbanan itu salah satu bukti bahwa rasa itu tidaklah main-main. Aku kehilangan rasa kepedulianku, simpatiku terhadap anne saat melajutkan kisah ceritanya, surat itu menghambarkan hatiku. Tidak! Percuma saja! Jika dibutuhkan penjelasan. Tidakkah kau cukup menorehkan namanya saja atau kenyataan siapa mereka sebenarnya.

Selebihnya, aku sangat menikmatinya. Meski harus merelakan sesekali gerimis turun dimataku. Membuat mataku kembali sembab. Tapi, aku suka. Terpenting adalah kisah-kisah ini membekas disebagian ruang penyimpanan otakku. Mungkin suatu saat nanti jika kelak saat senja, matahari, dan hujan menemani waktuku sejenak, sebagian ingatan itu akan membawaku kembali berkutat pada kenangan yang tertoreh dibuku ini.

Sejujurnya, aku bukanlah penikmat sastra. Namun, itu bukanlah alasan yang tepat untukku tidak berani mencoba menikmati setiap keindahan seni penulisan dalam penggambaran rasa. Cobalah sesekali kau nikmatinya, jika kau ingin mencoba mengerti, memahaminya, maka akan mendebarkan rasanya.

Satu hal yang terus menghantui pikiranku, tidakkah selain Senja Pertama ada cerpen lain yang menggambarkan sosok sang penulis? Ya atau Tidak? Aku hanya merasa bisa sedikit mengenal Arai (re: Ariqy-raihan) melalui tulisannya. Atau hanya aku yang sok peduli saja? Entahlah.

Teruntuk penulis yang suka mengomentari kesalahan tulisan dibuku orang. Gotcha! Aku menemukan kesalahan juga dalam bukumu. Halaman 24 ‘sudah hari sudah hari’, 66 ‘jjrang’, dan 99 ‘mengirimu’. Inilah hal yang selalu membuatku penasaran tentang buku dan para pecandunya. “Ketika kau menemukan kesalahan pengetikan tertera dibuku yang sedang kau baca, siapa yang akan kau rutuki? Penulis? Editor? Atau mungkin penerbitnya?”

Ah ya, aku sangat menanti bukumu yang selanjutnya. Lampion Senja.