Senin, 02 Januari 2017

Review Senja Pertama - Muhammad Ariqy Raihan



Senja Pertama

Penulis : Muhammad Ariqy Raihan
Penyunting Naskah : Annisa Fitrianda P
Fathin Nibras
Desain Sampul : Bedbug Design Studio
Penerbit : Orbit
Tebal : 190 halaman
ISBN : 978-602-3092-15-4


Blurb :
Kau kini hanya menjadi hening yang dirindukan. Saat aku menghunus jantung sunyi dengan sebilah rasa yang lama kutenggelamkan dalam dasar kenangan. Apakah aku gila? Di tengah keramaian ini?di tengah pendaran cahay yang menyala-nyala di lantai tiga ini?

Aku ingin sekali saja, tiap gerimis yang kujatuhkan di sepertiga malam menjadi asa yang nyata. Merengkuh walaupun untuk sesaat saja. Ataupun melalui perantara kisah-kisah untuk menemaniku menatap senja; merindukanmu. Karena kau adalah satu-satunya samudra yang akhirnya kuseberangi.

Senja Pertama


####


“Satu-satunya hal yang akan kusesali adalah ketika datang masanya aku harus membalikkan badan dan tak ada siapa pun di sana.” – hal. 28


Kutipan diatas aku ambil dari cerpen ketiga yang disajikan dalam buku Senja Pertama ini. Duhai Sang Waktu, Apakah Kau Nyata?

Senja Pertama, buku kumpulan cerpen yang akan membuatmu kembali mengenang semua masa lalu disetiap hujan dan senja mulai menemanimu. Ketika waktu senantiasa masih mengizinkan kau berkutit di kesehariannya. Ketika takdir masih menyimpan banyak rahasia untuk kau temukan jawabannya sendiri pada suatu saat nanti. Ketika kau baru menyadari betapa bulan dan tahun kini mulai terulur begitu jauh meninggalkan detik kenangan yang sepertinya baru saja kau lalui tadi.

17 cerpen yang akan menuntunmu untuk kembali mengingat betapa banyak rasa dalam kehidupan ini. Manis, pedas, asam, asin, semua rasa yang mungkin telah kau cicipi. Rasa yang terkadang meninggalkan jejaknya tanpa peduli bagaimana dengan jiwa yang telah ia tinggalkan. Sedih, bahagia, sulit untuk menerka apa yang tengah menelusuk direlung hatiku ini. Apakah senyumku isyarat kesedihan tak tertahankan? Ataukah tangisku ini kebahagiaan yang tak terbendung lagi? Hanya kau sang pemilik hati, yang mampu menerka dengan benar apa yang ada tersimpan didalamnya.

Anne. Satu dari dua cerpen yang membuatku sedikit kasihan dengan perasaanku yang tengah melambung jauh-terbang tinggi kelangit ke tujuh karena keindahan torehan tinta yang kau tinggalkan itu, tiba-tiba saja membuatku jatuh tanpa ada peringatan sedikitpun darimu. Aku tidak tahu kenapa harus ada penjelasan begitu detail dibagian akhir cerita ini. Bagiku, “Tapi tidak dengan dirimu.” Sudah cukup untuk membuat hujan dimataku, meratapi betapa cinta akan menunjukkan bahwa pengorbanan itu salah satu bukti bahwa rasa itu tidaklah main-main. Aku kehilangan rasa kepedulianku, simpatiku terhadap anne saat melajutkan kisah ceritanya, surat itu menghambarkan hatiku. Tidak! Percuma saja! Jika dibutuhkan penjelasan. Tidakkah kau cukup menorehkan namanya saja atau kenyataan siapa mereka sebenarnya.

Selebihnya, aku sangat menikmatinya. Meski harus merelakan sesekali gerimis turun dimataku. Membuat mataku kembali sembab. Tapi, aku suka. Terpenting adalah kisah-kisah ini membekas disebagian ruang penyimpanan otakku. Mungkin suatu saat nanti jika kelak saat senja, matahari, dan hujan menemani waktuku sejenak, sebagian ingatan itu akan membawaku kembali berkutat pada kenangan yang tertoreh dibuku ini.

Sejujurnya, aku bukanlah penikmat sastra. Namun, itu bukanlah alasan yang tepat untukku tidak berani mencoba menikmati setiap keindahan seni penulisan dalam penggambaran rasa. Cobalah sesekali kau nikmatinya, jika kau ingin mencoba mengerti, memahaminya, maka akan mendebarkan rasanya.

Satu hal yang terus menghantui pikiranku, tidakkah selain Senja Pertama ada cerpen lain yang menggambarkan sosok sang penulis? Ya atau Tidak? Aku hanya merasa bisa sedikit mengenal Arai (re: Ariqy-raihan) melalui tulisannya. Atau hanya aku yang sok peduli saja? Entahlah.

Teruntuk penulis yang suka mengomentari kesalahan tulisan dibuku orang. Gotcha! Aku menemukan kesalahan juga dalam bukumu. Halaman 24 ‘sudah hari sudah hari’, 66 ‘jjrang’, dan 99 ‘mengirimu’. Inilah hal yang selalu membuatku penasaran tentang buku dan para pecandunya. “Ketika kau menemukan kesalahan pengetikan tertera dibuku yang sedang kau baca, siapa yang akan kau rutuki? Penulis? Editor? Atau mungkin penerbitnya?”

Ah ya, aku sangat menanti bukumu yang selanjutnya. Lampion Senja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar