Senja
Pertama
Penulis : Muhammad Ariqy Raihan
Penyunting Naskah : Annisa
Fitrianda P
Fathin Nibras
Desain Sampul : Bedbug Design
Studio
Penerbit : Orbit
Tebal : 190 halaman
ISBN : 978-602-3092-15-4
Blurb :
Kau kini hanya
menjadi hening yang dirindukan. Saat aku menghunus jantung sunyi dengan sebilah
rasa yang lama kutenggelamkan dalam dasar kenangan. Apakah aku gila? Di tengah
keramaian ini?di tengah pendaran cahay yang menyala-nyala di lantai tiga ini?
Aku ingin sekali
saja, tiap gerimis yang kujatuhkan di sepertiga malam menjadi asa yang nyata. Merengkuh
walaupun untuk sesaat saja. Ataupun melalui perantara kisah-kisah untuk
menemaniku menatap senja; merindukanmu. Karena kau adalah satu-satunya samudra
yang akhirnya kuseberangi.
Senja Pertama
####
“Satu-satunya hal
yang akan kusesali adalah ketika datang masanya aku harus membalikkan badan dan
tak ada siapa pun di sana.”
– hal. 28
Kutipan
diatas aku ambil dari cerpen ketiga yang disajikan dalam buku Senja Pertama
ini. Duhai Sang Waktu, Apakah Kau Nyata?
Senja
Pertama, buku kumpulan cerpen yang akan membuatmu kembali mengenang semua masa
lalu disetiap hujan dan senja mulai menemanimu. Ketika waktu senantiasa masih
mengizinkan kau berkutit di kesehariannya. Ketika takdir masih menyimpan banyak
rahasia untuk kau temukan jawabannya sendiri pada suatu saat nanti. Ketika kau
baru menyadari betapa bulan dan tahun kini mulai terulur begitu jauh
meninggalkan detik kenangan yang sepertinya baru saja kau lalui tadi.
17
cerpen yang akan menuntunmu untuk kembali mengingat betapa banyak rasa dalam
kehidupan ini. Manis, pedas, asam, asin, semua rasa yang mungkin telah kau
cicipi. Rasa yang terkadang meninggalkan jejaknya tanpa peduli bagaimana dengan
jiwa yang telah ia tinggalkan. Sedih, bahagia, sulit untuk menerka apa yang
tengah menelusuk direlung hatiku ini. Apakah senyumku isyarat kesedihan tak
tertahankan? Ataukah tangisku ini kebahagiaan yang tak terbendung lagi? Hanya kau
sang pemilik hati, yang mampu menerka dengan benar apa yang ada tersimpan
didalamnya.
Anne.
Satu dari dua cerpen yang membuatku sedikit kasihan dengan perasaanku yang
tengah melambung jauh-terbang tinggi kelangit ke tujuh karena keindahan torehan
tinta yang kau tinggalkan itu, tiba-tiba saja membuatku jatuh tanpa ada peringatan
sedikitpun darimu. Aku tidak tahu kenapa harus ada penjelasan begitu detail
dibagian akhir cerita ini. Bagiku, “Tapi tidak dengan dirimu.” Sudah cukup
untuk membuat hujan dimataku, meratapi betapa cinta akan menunjukkan bahwa
pengorbanan itu salah satu bukti bahwa rasa itu tidaklah main-main. Aku kehilangan
rasa kepedulianku, simpatiku terhadap anne saat melajutkan kisah ceritanya,
surat itu menghambarkan hatiku. Tidak! Percuma saja! Jika dibutuhkan
penjelasan. Tidakkah kau cukup menorehkan namanya saja atau kenyataan siapa
mereka sebenarnya.
Selebihnya,
aku sangat menikmatinya. Meski harus merelakan sesekali gerimis turun dimataku.
Membuat mataku kembali sembab. Tapi, aku suka. Terpenting adalah kisah-kisah
ini membekas disebagian ruang penyimpanan otakku. Mungkin suatu saat nanti jika
kelak saat senja, matahari, dan hujan menemani waktuku sejenak, sebagian ingatan
itu akan membawaku kembali berkutat pada kenangan yang tertoreh dibuku ini.
Sejujurnya,
aku bukanlah penikmat sastra. Namun, itu bukanlah alasan yang tepat untukku tidak berani mencoba
menikmati setiap keindahan seni penulisan dalam penggambaran rasa. Cobalah sesekali kau nikmatinya, jika kau ingin mencoba mengerti, memahaminya, maka akan mendebarkan rasanya.
Satu
hal yang terus menghantui pikiranku, tidakkah selain Senja Pertama ada cerpen
lain yang menggambarkan sosok sang penulis? Ya atau Tidak? Aku hanya merasa
bisa sedikit mengenal Arai (re: Ariqy-raihan) melalui tulisannya. Atau hanya
aku yang sok peduli saja? Entahlah.
Teruntuk
penulis yang suka mengomentari kesalahan tulisan dibuku orang. Gotcha! Aku menemukan
kesalahan juga dalam bukumu. Halaman 24 ‘sudah hari sudah hari’, 66 ‘jjrang’,
dan 99 ‘mengirimu’. Inilah hal yang selalu membuatku penasaran tentang buku dan
para pecandunya. “Ketika kau menemukan kesalahan pengetikan tertera dibuku yang
sedang kau baca, siapa yang akan kau rutuki? Penulis? Editor? Atau mungkin
penerbitnya?”
Ah ya, aku sangat menanti bukumu yang selanjutnya. Lampion Senja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar